LPM STAINU Purworejo – Sekolah
Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Purworejo berkomitmen meningkatkan
mutu layanan pendidikan kepada sivitas akademika dan stakeholder. Hal ini
ditegaskan oleh Ketua STAINU Purworejo, Mahmud Nasir, S.Fil.I., M.Hum. dalam
pembukaan kegiatan rapat penyusunan dan review Statuta STAINU Purworejo, Rabu (08/09/21).
“Setelah pengelolaan dan
penyelenggaraan STAINU Purworejo diserahkan dari yayasan YASPINU Purworejo
kepada Badan Hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama di bawah naungan PBNU, maka kita
harus segera membenahi seluruh kebijakan terutama dimulai dari Statuta. Sehingga
dengan adanya tim penyusun dan review Statuta STAINU Purworejo ini diharapkan
bisa terwujud Statuta yang ideal mengacu SN-Dikti dan perundang-undangan yang
berlaku serta sesuai dengan Statuta PTNU berbadan hukum PBNU,” katanya.
“Kita juga terus berupaya meningkatkan
mutu pendidikan STAINU Purworejo melalui spirit baru sebagai PTNU yang telah resmi
di bawah naungan PBNU,” imbuhnya.
Dalam Permenristekdikti Nomor 16
Tahun 2018 disebutkan bahwa Statuta merupakan peraturan dasar pengelolaan
perguruan tinggi swasta yang digunakan sebagai landasan penyusunan peraturan
dan prosedur operasional di perguruan tinggi swasta yang bersangkutan.
Sedangkan Ketua Tim Penyusun
Statuta, Abdul Aziz, S.Ag., M.Pd., menyampaikan terkait pentingnya dilakukan
revisi Statuta STAINU Purworejo.
“Dalam kegiatan penyusunan dan
review Statuta ini memiliki latar belakang sekaligus landasan yuridis yang
jelas. Sehingga sangat penting dilakukan revisi pada Statuta STAINU Purworejo
agar dapat disesuaikan dengan PTNU yang Berbadan Hukum PBNU,” katanya dalam
sambutan.
“Tidak hanya sekedar menata ulang
peraturan dasar tersebut sebagai formalitas pedoman atas seluruh kebijakan
STAINU Purworejo, melainkan isinya juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi di
tengah era persaingan pendidikan tinggi saat ini. Secara substansi Statuta yang
disusun nantinya diarahkan pada Statuta PTNU yang unggul, hal ini dilakukan
sebagai persiapan dalam proses bertransformasi menjadi Universitas Nahdlatul
Ulama (UNU) Purworejo mendatang,” terangnya.
Sebagaimana yang telah diketahui
bahwa status pengelolaan dan penyelenggaraan STAINU Purworejo telah dialihkan
dari Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (YASPINU) Purworejo kepada Badan
Hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama (BHPNU) yang diwakili oleh Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) pada 21 Agustus 2021 lalu. Sehingga STAINU Purworejo harus
melakukan revisi terhadap Statuta STAINU Purworejo agar isinya sesuai dengan Statuta
PTNU yang Berbadan Hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama di bawah naungan PBNU.
Kegiatan penyusunan dan review
Statuta ini diikuti oleh tim penyusun yang terdiri atas perwakilan Badan
Pelaksana Penyelenggara (BPP), perwakilan Senat, Ketua, Wakil Ketua dan lembaga
unit kerja STAINU Purworejo. Sebelum draft Statuta disahkan oleh PBNU, terlebih
dahulu akan dilakukan review draft Statuta bersama pakar dari PBNU yang diikuti
oleh pihak pemangku kepentingan internal dan eksternal STAINU Purworejo. (Humas
dan Publikasi)
Tahun 2021 ini
merupakan tahun bersejarah bagi STAINU Purworejo. Karena pada tahun ini kampus
STANU Purworejo telah resmi diserahkan dari YASPINU kepada PBNU. Artinya
seluruh aset, sarana dan prasarana dari STAINU Purworejo telah resmi legal
formal milik Badan Hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama di naungan PBNU. Sehingga
secara struktural maupun kultural, STAINU Purworejo ini sah miliki Ormas warga NU.
Peresmian ini semakin kokoh sejak dilantiknya Badan Pelaksana Penyelenggara
(BPP) STAINU Purworejo kemarin pada Sabtu, 21 Agustus 2021 secara langsung oleh
PBNU di Auditorium STAINU Purworejo.
Hadir dalam acara tersebut, Ketua PBNU bidang Pendidikan Prof.
Dr. H. Hanief Saha Ghafur, M.A.,
Bupati Purworejo R. H. Agus Bastian, S.E., M.M, Kepala Kantor Kementerian Agama Purworejo H.
Fatchur Rochman, M.Pd.I, Wakil DPRD Purworejo H. Fran Suharmadi S.E., M.M,
Ketua MUI sekaligus Ketua YASPINU Purworejo KH. Achmad Hamid AK, S.Pd.I,
Ketua Tanfidziah PCNU Purworejo Drs. KH. Farid Solihin, M.M.Pd.
Bupati Purworejo, R. H. Agus Bastian, S.E., M.M mengucapkan selamat kepada Pengurus Badan Pelaksana Penyelenggara STAINU Purworejo yang dilantik. Teriring doa dan harapan semoga kepengurusan BPPPTNU ini bisa mengemban amanah dengan baik.
“Nahdlatul
Ulama dikenal oleh bangsa Indonesia bahkan oleh dunia sebagai organisasi yang
memiliki prinsip dasar, nilai, dan jati diri yang kokoh. NU mencerminkan
organisasi sosial keumatan yang menganut jalan tengah dan lurus yang kita kenal
dengan sikap moderat, yang menolak kekerasan dan ekstremisme, yang menghormati
perbedaan dan kemajemukan, yang menjamin ukhuwah islamiyah dan ukhuwah
wathoniyah, dan yang benar-benar menjadikan Islam sebagai Rahmatan lil ‘Alamin,”
ungkap Bupati.
Menurut Bupati, NU adalah organisasi yang
membangun kemitraan dengan pemerintah untuk menyukseskan program-program untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, seperti pendidikan, kesehatan, sosial
ekonomi dan sebagainya. Di bidang pendidikan, NU memiliki lembaga pendidikan
mulai dari tingkat pra sekolah hingga perguruan tinggi, termasuk STAINU
Purworejo.
“Dengan
diserahkannya STAINU dari Yayasan Perguruan Tinggi NU (YASPINU) Purworejo
kepada PCNU Purworejo, diharapkan STAINU akan semakin maju dan berkembang di
masa-masa mendatang. Karena dengan berada di bawah pengelolaan PCNU, otomatis
membuka kemungkinan untuk mendapat perhatian dari PWNU Jawa Tengah maupun PBNU
Pusat. Dan dengan semakin majunya STAINU Purworejo, dengan sendirinya akan
semakin memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan di Purworejo
maupun di Indonesia, terutama dengan
menyesuaikan diri dengan mencetak lulusan yang berdaya saing dari segi IPTEKS
dan karakter”
harapnya.
Sementara Ketua Tanfidziyah PCNU
Purworejo, Drs. KH. Farid Solihin, M.M.Pd. menyampaikan harapannya, “ke depan
STAINU akan lebih baik dan bermanfaat, ” ucap Farid.
Ia
juga mengucapkan terimakasih, nantinya teman-teman Pengurus yang dilantik
berharap atau mengharapkan lebih baik lagi menjadikan lembaga yang bermartabat dan
selalu mendapat dukungan dari semua pihak. “Kami terus menerima
kritik saran, dimana lembaga kita ini akan menjadi maju dan modern, kemarin
sudah dinilai oleh pemerintah melewati akreditasi dan sudah berhasil,
mudah-mudahan lebih baik untuk semua pihak,” tutur Farid.
Ketua YASPINU Purworejo, KH. Achmad Hamid AK, S.Pd.I menjelaskan, perjalanan jauh lebih terlewatkan sejak berdiri PTII tahun 1974 sampai sekarang berjalan sedemikian rupa dengan diberi kesabaran hari ini masih diberi kiprah dalam dunia pendidikan.
“Mudah-mudahan hasil baik keluh kesah dan gairah serta perjuangan pengelola dari PTII sampai STAINU sekarang semoga mendapat pahala dari Allah SWT, karena itu semua perjuangan bapak ibu sekalian,” jelas Hamid, yang juga menjabat sebagai Wakil Rois Syuriah PCNU Purworejo.
Sebagaimana diketahui,
hampir setengah abad tepatnya 47 tahun Sekolah Tinggi Agama Islam
Nahdlatul Ulama (STAINU) Kabupaten Purworejo dikelola oleh Yayasan Perguruan
Tinggi Nahdlatul Ulama (YASPINU) Purworejo. Berbagai perjalanan panjang
perguruan tinggi tertua di Kabupaten Purworejo ini pun telah dilalui, mulai
dari pertama bernama Perguruan Tinggi Islam Imam Puro (PTII), Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama (STITNU), hingga saat ini sebagai Sekolah Tinggi
Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Purworejo. Sehingga dapat diketahui dari
masa ke masa Perguruan Tinggi yang berasaskan NU ini telah mengalami perkembangan institusi dan peningkatan mutu
pendidikan. Pada tahun 2021 ini pula STAINU Purworejo telah mendapatkan Akreditasi
Perguruan Tinggi (APT) “Baik” berdasarkan Keputusan BAN-PT No.
575/SK/BAN-PT/Akred/PT/VI/2021.
Sementara itu dalam pengarahannya, Prof. Dr. H. A. Hanief Saha Ghafur, M.A, Ketua PBNU Bidang Pendidikan menjelaskan, dengan diserahkan ke PBNU, maka STAINU tidak lagi diurus oleh individu-individu, melainkan oleh Badan Hukum NU,” sambutnya.
“Saya juga optimis PTNU ini akan maju. Ke
depan STAINU akan dijadikan Institut lalu meningkat lagi jadi universitas.
Tinggal menambah beberapa program studi umum seperti IT dan Kesehatan. Tetapi,
kalau misalnya mau dilakukan merger (penggabungan) dengan kampus lain di
Purworejo ini, itu malah lebih bagus, karena akan lebih cepat menjadi
universitas, bahkan kalau misalnya dimerger, selain lebih baik karena
prodi-prodi di kampus lain telah terakreditasi, juga lebih mudah dan cepat
mengurus perizinannya, cukup butuh satu tahun saja sudah bisa jadi universitas.”
terangnya.
Adapun susunan pengurus Badan Pelaksana Penyelenggara STAINU masa khidmah 2021-2026 yaitu: Ketua Dewan Pembina Prof Dr KH Said Aqil Siroj, MA, Ketua Dewan Penyantun KH. Achmad Hamid AK, S.Pd.I.
Dewan Pengurus: H. Suhaemi, S.Ag, MM (Ketua), Drs. H. Sumedi, M.Pd (Wakil Ketua), Drs. H. Fathurahman, M.Pd.I (Wakil Ketua), Syamsul Hadi, S.E (Sekretaris), Sofyan Sauri, A.Ma (Wakil Sekretaris). Moh Ani Mukhlis, S.Ag, M.Si (Bendahara), M Nurul Huda, S.Hum, MA (Wakil Bendahara), Anggota: Drs. Muh. Rofiq, M Si, H Sutarjono, M.Pd, Abdul Aziz, S.Ag., M.Pd dan Zaenal Muttaqin, S.Si, M.Pd.I. Susunan lengkap BPP STAINU Purworejo klik di sini: . (Humas dan Publikasi).
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Purworejo merupakan Perguruan Tinggi Islam tertua di Kabupaten Purworejo, dan termasuk Perguruan Tinggi NU yang tertua di Jawa Tengah. Dalam kilas sejarahnya, STAINU Purworejo didirikan oleh para ulama dan cendekiawan Nahdlatul Ulama serta tokoh pergerakan Islam nasional untuk merespons ragam kebutuhan masyarakat pada saat itu. Pada tanggal 12 Shafar 1394 H, bertepatan pada tanggal 6 Maret 1974 berdirilah Perguruan Tinggi Islam dengan nama PTII (Perguruan Tinggi Islam Imam Puro) di bawah Yayasan Pendidikan Islam Imam Puro (YPII) Purworejo. Berdirinya PTII di Purworejo ini didahului dengan berdirinya IAIN Sunan Kalijaga Fakultas Tarbiyah Cabang Purworejo. Akan tetapi, sejak adanya kebijakan baru dari Pemerintah yang saat itu tidak membolehkan adanya Cabang PTAIN (IAIN) di setiap daerah, maka pada tahun 1974 Cabang IAIN Sunan Kalijaga Fakultas Tarbiyah di Purworejo dilebur dan diperbarui menjadi Perguruan Tinggi Islam Imam Puro (PTII). Pendirian PTII Purworejo (kini STAINU Purworejo) tidak lepas dari peran para ulama lokal dan tokoh nasional seperti Prof. Dr. KH. Tolchah Mansur (Tokoh NU Nasional dan Pendiri IPNU) sebagai Rektor pertama STAINU Purworejo, KH. Nawawi Siddiq (Pengasuh PP. An-Nawawi Berjan Purworejo), KH. Damanhuri (Tokoh Ulama Purworejo), KH. Asnawi Umar, KH. Maftuh Muhtar, KH. Djamil, dll. Sekitar tahun 1982 Perguruan Tinggi Islam Imam Puro Purworejo beralamatkan di Jl. Magelang tepatnya di SMP Sultan Agung Purworejo, sebelah Kantor Polisi Baledono. Saat itu PTII Purworejo memiliki tiga Fakultas di antaranya, Fakultas Tarbiyah, Fakultas Dakwah dan Fakultas Syariah.
Meskipun dari awal berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam ini bernama PTII, tapi sejak lahirnya perguruan PTII ini tak bisa lepas dari Nahdlatul Ulama. Di samping para pendiri adalah tokoh Nahdaltul Ulama, proses perkuliahan untuk pertama kali juga menempati gedung pertemuan Nahdlatul Ulama yang beralamat di Jl. KH.Wachid Hasyim Purworejo. Seiring dengan perubahan kebijakan pemerintah, dari yang awalnya bernama PTII kemudian berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama (STITNU), dan dari program Sarjana Muda menjadi Program Sarjana (S-1), dengan KMA RI No. 219 tahun 1988. Selanjutnya, seiring dengan berjalannya waktu nama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama (STITNU) kembali berubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Purworejo dengan membuka Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Dakwah (KMA RI No. 511 tahun 1995). Tempat kuliah pun mengalami perpindahan dari gedung pertemuan NU Jl. KH. Wachid Hasyim ke kompleks tanah milik NU Jl. Magelang hingga akhirnya pindah ke kampus sendiri di Jl. Pahlawan No. 5 Banyuurip Purworejo, sebelah utara GOR. Sarwo Edhi Wibowo.
Meskipun dari awal berdirinya Perguruan Tinggi Agama
Islam ini bernama PTII, tapi sejak lahirnya perguruan PTII ini tak bisa lepas
dari Nahdlatul Ulama. Di samping para pendiri adalah tokoh Nahdaltul Ulama,
proses perkuliahan untuk pertama kali juga menempati gedung pertemuan Nahdlatul
Ulama yang beralamat di Jl. KH.Wachid Hasyim Purworejo. Seiring dengan perubahan
kebijakan pemerintah, dari yang awalnya bernama PTII kemudian berubah menjadi
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama (STITNU), dan dari program Sarjana
Muda menjadi Program Sarjana (S-1), dengan KMA RI No. 219 tahun 1988.
Selanjutnya, seiring dengan berjalannya waktu nama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Nahdlatul Ulama (STITNU) kembali berubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam
Nahdlatul Ulama (STAINU) Purworejo dengan membuka Fakultas Tarbiyah dan
Fakultas Dakwah (KMA RI No. 511 tahun 1995). Tempat kuliah pun mengalami
perpindahan dari gedung pertemuan NU Jl. KH. Wachid Hasyim ke kompleks tanah
milik NU Jl. Magelang hingga akhirnya pindah ke kampus sendiri di Jl. Pahlawan
No. 5 Banyuurip Purworejo, sebelah utara GOR. Sarwo Edhi Purworejo.
Dalam perkembangannya sampai saat ini Fakultas/Jurusan
Tarbiyah tetap berjalan, dan mendapat animo yang besar dari masyarakat
Purworejo dan sekitarnya. Melihat pentingnya pengembangan sumber daya manusia
dalam bidang ilmu pendidikan Islam dan minat masyarakat untuk mengetahui serta
memahami hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dalam Islam serta kebutuhan
masyarakat Indonesia terhadap Sumber Daya Manusia dalam bidang ini, maka pada
tahun 2016 STAINU Purworejo membuka dua program studi baru, yaitu Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Pendidikan Guru Raudlatul Athfal
(PGRA). Kedua program studi baru ini telah mendapat izin penyelenggaraan dari
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Nomor 2013 Tahun
2016 dan pergantian nomenklatur PGRA menjadi PIAUD (Pendidikan Islam Anak Usia
Dini) dengan nomor Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam 885 Tahun 2018.
Saat ini ketiga prodi tersebut telah terakreditasi dengan kualitas “Baik” oleh BAN-PT pada tahun 2019.
Bertahun-tahun STAINU Purworejo berupaya untuk
berafiliasi kepada Lembaga Perguruan Tinggi yang dalam hal ini adalah Lembaga
Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU). Upaya bergabung dengan NU secara
struktural bukan berarti akan melemahkan jalinan komunikasi dan koordinasi
dengan Yayasan (YASPINU) Purworejo yang telah lama terjalin. Melainkan
berafiliasinya STAINU Purworejo di bawah koordinasi langsung LPTNU secara penuh
justru akan memperkuat dan mengembangkan mutu kampus STAINU Purworejo menuju
kampus yang unggul dan berdaya saing, baik dalam skala lokal, regional maupun
nasional.
Akhirnya pada 16 Maret 2021 STAINU Purworejo secara resmi
diserahkan kepada Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Purworejo
dari Yayasan Perguruan Tinggi NU (YASPINU) Purworejo. Penyerahan ini
dilaksanakan pada Selasa 16 Maret 2021. Kini STAINU Purworejo yang dirintis
oleh para tokoh dan ulama Purworejo mantap eksis di tengah masyarakat Purworejo
dengan memiliki tanah dan gedung sendiri beserta fasilitas yang memadai sesuai
Standar Nasional Peguruan Tinggi. STAINU Purworejo secara kultural dan
struktural di bawah naungan Nahdlatul Ulama, atau dalam hal ini langsung di
bawah koordinasi Lembaga Perguruan Tinggi NU (LPTNU) secara penuh melalui Badan
Pelaksana Penyelenggara Perguruan Tinggi NU (BP3TNU) PCNU Purworejo. Dalam
rangka menyongsong masa depan yang cemerlang, STAINU Purworejo siap untuk
menjadi Perguruan Tinggi NU yang kompetitif dan unggul dalam IPTEKS dan Ilmu
Keislaman yang Berwawasan Kebangsaan pada Tahun 2040. Hal ini dilakukan untuk
mencetak cendikiawan dan ilmuwan Muslim yang berkualitas, berakhlak dan
berwawasan kebangsaan dalam menjawab tantangan zaman. Integrasi antara ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni dengan ilmu keislaman yang berwawasan
kebangsaan yang dilakukan STAINU Purworejo, akan mencetak generasi yang
rahmatan lil ‘alamin.