LPM STAINU Ikuti Sosialisasi LAMDIK Bersama LPTNU Jawa Tengah

LPM STAINU Purworejo – Dalam rangka penguatan mutu perguruan tinggi sekaligus dengan adanya pembaruan lembaga akreditasi perguruan tinggi dari BAN-PT ke Lembaga Akreditasi Mandiri Kependidikan (LAMDIK) sejak Januari 2022 ini, maka Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Jawa Tengah menginisiasi penyelenggaraan sosialiasi LAMDIK yang diikuti oleh Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) Jawa Tengah pada Kamis (20/01/2022). Dalam hal ini Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) STAI Nahdlatul Ulama Purworejo juga turut mengikuti kegiatan sosialisasi LAMDIK untuk memahami lebih dalam terkait kebijakan dan teknis pelaksanaan akreditasi melalui LAMDIK.

Hadir dalam acara ini Ketua LPTNU Jawa Tengah, Prof. Dr. KH. Mudzakir Ali, Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah, Drs. KH. M. Muzzamil, Rektor dan Ketua, beserta Pimpinan LPM sekaligus Kaprodi PTNU Jawa Tengah. Acara sosialisasi LAMDIK kali ini mendatangkan Dr. Haryadi, M.Sc. (Asesor BAN-PT dan Rektor ITS NU Pekalongan) dan Dr. Dyah Werdiningsih, M.Pd. (Asesor BAN-PT dari UNISMA Malang).

Dalam sambutannya, Prof. Mudzakir Ali menyampaikan terkait beberapa program kerja LPTNU Jawa Tengah pada tahun 2022, termasuk di antara program prioritasnya yaitu sosialisasi LAMDIK, Penguatan Aswaja di PT dan Penggabungan PT yang mahasiswanya di bawah 1000. “Sosialisasi LAMDIK ini penting dilakukan guna meningkatkan pemahaman kita dari PTNU terkait aturan baru tentang akreditasi, sehingga harapannya nanti PTNU di Jawa Tengah mampu mendapatkan predikat akreditasi yang Unggul (A) atau minimal Baik Sekali (B),” terang Ketua LPTNU Jateng ini.

Peserta Sosialisasi LAMDIK LPTNU Jateng

“Terkait biaya akreditasi untuk LAM ini kami akan mengupayakan agar disubsidi juga oleh pemerintah, agar tidak dipikul sendiri oleh prodi, yang prodi itu sendiri mungkin masih lemah,” ungkapnya.

Lebih lanjut Prof. Mudzakir juga menyampaikan pentingnya memperhatikan aturan menteri terkait penggabungan perguruan tinggi yang mahasiswanya kurang dari 1000. Pada Februari 2022 ini kita akan melakukan koordinasi (musyawarah) dengan pimpinan PTNU Jawa Tengah yang salah satunya membahas perihal ini. “Apakah PT digabung menjadi satu atau ada otonomi sendiri-sendiri. Bahkan dalam pengamatan kami di Jawa Tengah ada sekitar 250 PTS, ini akan dijadikan menjadi hanya 150 PTS saja. Maka ini perhatian untuk kita, yang mahasiswanya di bawah 1000 agar lebih memperhatikan hal ini agar bisa memiliki keuntungan dan kemanfaatan bersama,” tegasnya.

Sementara KH. M. Muzzamil dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya terhadap LPTNU Jawa Tengah yang telah berhasil menginisiasi pengadaan sosialisasi LAMDIK ini. “Semoga dengan acara ini PTNU semakin maju dalam hal akademik dan non akademik, utamanya dalam hal peningkatan mutu akreditasi,” terangnya.

“Ketua PBNU saat ini punya komitmen pengembangan Perguruan Tinggi NU, jadi kita dari internal PTNU harus tetap selalu fokus melakukan peningkatan mutu dan penguatan Aswaja. Selain itu, terkait penggabungan PTNU, kami merekomendasikan berdasarkan zonasi. Kita sadar di PTNU Jawa Tengah masih banyak PT yang berbasis agama, maka kalau bisa bergabung  atau ditambahkan dengan PT yang bukan agama (umum),” tandasnya.  

Sosialisasi LAMDIK pertama disampaikan oleh Dr. Haryadi, yang menyampaikan terkait kebijakan terbaru tentang LAMDIK, termasuk peraturan terbaru dari PP Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan. “Saat ini dalam PP No. 4 tahun 2022 tersebut sudah diwajibkan semua PT yang akan akreditasi harus ke LAMDIK. Namun belum dijelaskan di sana LAMDIK yang mana, kalau LAMDIK Kesehatan, Teknik itu ada, tetapi apakah ke depan aka nada LAMDIK Keagamaan, Sosial dan yang semacamnya, kita tunggu saja,” terangnya.

Sementara Dr. Dyah menyampaikan terkait pendalaman LAMDIK dari sisi penyusunan dan pelaksanannya. Menurutnya secara umum LAMDIK lebih meringankan akreditasi PT di bandingkan instrumen sebelumnya. “Isi dari LED LAMDIK ini berbentuk esai naratif dan tabel-tabel pendukung. Tidak lebih dari 5000 kata atau sekitar 10 hlm saja, karena gabungan antara LED dengan LKPS walaupun secara formal di sini tidak ada lagi LKPS tetapi exel, ” ungkapnya. “LAMDIK ini juga tidak lagi memberlakukan syarat perlu seperti waktu di BAN-PT lalu, karena dirasa memberatkan, tetapi jika PT mau memakai syarat perlu itu juga boleh-boleh saja, malah bagus,” tandasnya. (Humas dan Publikasi)

Workshop Penyusunan SPMI, STAINU Purworejo Angkat Paradigma ‘Small is Beautiful’ untuk Keunggulan Institusi

Workshop Penyusunan SPMI

STAINU Purworejo terus melangkah maju dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan menyelenggarakan workshop penyusunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), pada 11-12 Januari 2022 di Ruang Rapat STAINU Purworejo. Acara yang dihadiri oleh para pimpinan, ketua lembaga, unit, dan dosen prodi STAINU Purworejo ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan (PPEPP) berjalan optimal.

Dalam sambutannya, Ketua STAINU Purworejo, Mahmud Nasir, S.Fil.I., M.Hum., mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen yang berpartisipasi, menegaskan komitmen bersama untuk meningkatkan mutu pendidikan di kampus. Workshop ini menjadi langkah strategis dalam menyusun dokumen SPMI untuk memperkuat standar mutu pendidikan.

Wakil Ketua 1 Bidang Akademik, Dr. H. M. Djamal, M.Pd., membuka acara dengan penekanan pentingnya penyusunan dokumen SPMI dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan tinggi. Sebagai pemateri pertama, Dr. H. Fajri Ismail, M.Pd.I dari UIN Raden Fatah Palembang, menggarisbawahi peran SPMI sebagai jantung lembaga pendidikan tinggi.

Pemateri menyampaikan materinya tentang SPMI

Pemateri kedua, Dhiya Ayu Tsamrotul Ihtiari, M.Pd., Ketua Lembaga Pengendalian Mutu LPM STAINU Purworejo, memberikan pandangan mendalam tentang proses penyusunan dokumen SPMI dan evaluasi mutu pendidikan. Ia berfokus pada upaya peningkatan standar SPMI STAINU Purworejo sebagai bagian dari perbaikan berkelanjutan dan transformasi menuju Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) unggulan di tingkat regional, nasional, dan internasional.

Mengangkat paradigma “Small is Beautiful,” konsep workshop ini menjadi lompatan menuju keunggulan. Paradigma ini, yang dipopulerkan oleh ekonom Schumacher, menyoroti keunggulan dalam skala kecil dan menjadi inspirasi bagi STAINU Purworejo dalam merancang SPMI yang kuat dan efektif.

Workshop ini bukan hanya langkah awal penting menuju akreditasi unggul, tetapi juga manifestasi semangat dan komitmen STAINU Purworejo untuk memberikan pendidikan terbaik dan berkontribusi positif dalam pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia dan dunia Islam. Dengan dukungan penuh para dosen dan pemateri ahli, STAINU Purworejo siap menghadapi tantangan global dalam meningkatkan kualitas pendidikan. (Humas dan Publikasi)